Kamis, 28 April 2016

Laporan Pelaksanaan Magang Profesi, MANAJEMEN PEMBERIAN PAKAN PAREN STOK AYAM BROILER DI PT.MEGA SATWA PERKASA DESA TODOPULIA,KECAMATAN TANRALILI KAB. MAROS, SULAWESI SELATAN

LAPORAN PELAKSANAAN MAGANG PROFESI 
MANAJEMEN  PEMBERIAN  PAKAN  PARENT STOK     AYAM BROILER        DI PT.     MEGA   SATWA     PERKASA     DESA   TODOPULIA, KECAMATAN  TANRALILI     KABUPATEN   MAROS,   SULAWESI  SELATAN





Description: C:\Users\USER\Desktop\Logo UHO 2.png









Oleh :

LA BITO
NIM. L1A1 13 096









JURUSAN PETERNAKAN
FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2016


 


LAPORAN PELAKSANAAN MAGANG PROFESI
MANAJEMEN  PEMBERIAN  PAKAN  PARENT STOK  AYAM BROILER      DI PT.  MEGA     SATWA    PERKASA    DESA TODOPULIA, KECAMATAN   TANRALILI    KABUPATEN MAROS,  SULAWESI  SELATAN









Oleh :


LA BITO
NIM. L1A1 13 096





Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Kelulusan Mata Kuliah Magang Profesi







JURUSAN PETERNAKAN
FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2016






LAPORAN PELAKSANAAN MAGANG PROFESI
MANAJEMEN  PEMBERIAN  PAKAN    PARENT STOK     AYAM    BROILER    DI PT.   MEGA     SATWA    PERKASA      DESA  TODOPULIA, KECAMATAN  TANRALILI  KABUPATEN MAROS,  SULAWESI  SELATAN



Oleh :
LA BITO
NIM. L1A1 13096


Telah dinyatakan lulus dalam Magang Profesi
      Pada hari I tanggal:


Menyetujui,

Pembimbing




La Ode Arsad Sani, S.Pt.,M.Sc.
     NIP. 19731231 199903 1 005


Mengetahui,


Dekan Fakultas Peternakan,                                     Ketua Jurusan Peternakan,



Prof. Dr. Ir. Takdir Saili, M. Si.                              La Ode Arsad Sani, S.Pt, M.Sc.
NIP. 19690212 199403 1 003                                 NIP. 19731231 199903 1 005

Tanggal disetujui:                               







PERNYATAAN KEASLIAN
LAPORAN MAGANG PROFESI


Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa Laporan Praktek Magang Profesi dengan judul: Manajemen  Pemberian  Pakan  Parent Stok  Ayam Broiler  Di PT. Mega Satwa Perkasa Desa Todopulia, Kecamatan Tanralili Kabupaten Maros, Sulawesi Selatan.
Laporan tersebut dibuat untuk melengkapi persyaratan Kelulusan Mata Kuliah Magang Profesi pada Fakultas Peternakan Universitas Halu Oleo Kendari, dan sejauh laporan yang saya ketahui bukan merupakan tiruan atau duplikasi dari Laporan Magang Profesi yang sudah dipublikasikan dan atau pernah dipakai untuk mendapatkan gelar kesarjanaan di lingkungan Universitas Halu Oleo maupun di Perguruan Tinggi atau instansi manapun, kecuali bagian yang sumber informasinya dicantumkan sebagaimana mestinya.


                               Kendari,  7  April 2016



                                ( LA BITO )
                                 NIM.L1 A1 13 096






RIWAYAT HIDUP

La Bito , dilahirkan di desa Lapara, Kecamatan Siompu Kabupatan Buton pada 01 Januari 1994, anak pertama dari pasangan Bapak La Hadia, dan Ibu Wanuriani. Menyelesaikan pendidikan formal  Sekolah Dasar Negeri 1 Lapara pada Tahun 2007, SMPN 1 Siompu pada Tahun 2010 dan  SMAN 1 Siompu pada Tahun 2013.






Dan saat ini sedang menempuh pendidikan perguruan tinggi di Fakultas Peternakan Universitas Halu Oleo. Organisasi yang pernah diikuti pada saat di perguruan tinggi sebagai anggota Lembaga Dakwah Kampus (LDK) Ulul Albab Universitas Halu Oleo.






KATA PENGANTAR


            Puji dan syukur Penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas Rahmat dan Karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan Magang Profesi dengan judul “Manajeman Pakan Ayam Broiler Di PT. Mega Satwa Perkasa Desa Todopulia, Kecamatan Tanralili Kabupaten Maros, Sulawesi Selatan. ” tepat pada waktunya.
Maksud dan tujuan penyusunan laporan ini adalah salah satu syarat dari mata kuliah Magang Profesi di bidang ternak unggas di Fakultas Peternakan Universitas Halu Oleo.
            Pada kesempatan ini saya mengucapkan terima kasih kepada :
1.    Bapak Prof. Dr. Ir. H. Usman Rianse, M.S. Selaku Rektor Universitas Halu Oleo.
2.    Bapak Prof. Dr. Ir. Takdir Saili. M.Si, Selaku Dekan Fakultas Peternakan
3.    Bapak La Ode Arsad Sani S.Pt, M.Sc, Selaku Pembimbing Magang Profesi dan penasehat akademik saya dan Ketua Jurusan Fakultas Peternakan Universitas Halu Oleo,
4.    Dosen-dosen Fakultas Peternakan yang tidak bisa saya tulis semua, saya ucapkan terimah kasih sudah membimbing saya dalam melakukan semua hal-hal yang berkaitan dengan Pelaksana Magang Profesi.
5.    Bapak Audy Joinaldy, S.Pt.,M.Sc.,M.M selaku Komisaris Utama PT.Sinar Terang Madani.
6.    Bapak H. Abdul. Malik selaku pimpinan PT. Mega Satwa Perkasa
7.    Bapak Sugeng Supriyanto, S.E selaku menejer PT. Mega Satwa Perkasa
8.    Pimpinan dan Karyawan PT. Mega Satwa Perkasa yang telah bersedia membantu dalam pelaksanaan Magang Profesi.
9.    Orang tua yang telah berjasa mendukung sepenuhnya baik moril maupun material.
10.              Semua pihak yang telah membantu menyelesaikan laporan ini
Dalam penyelesaian laporan ini, penulis banyak mendapat bimbingan, bantuan serta dukungan dan doa yang sangat berharga dari berbagai pihak. Namun demikian penulis menyadari bahwa laporan ini sesungguhnya masih jauh dari kata kesempurnaan, oleh sebab itu saran dan kritik yang sifatnya membangun dari berbagai pihak sangat penulis harapkan.
Penulis berharap semoga tulisan ini dapat bermanfaat dalam menambah pengetahuan dan wawasan bagi penulis pada khususnya dan pembaca pada umumnya.

                                   Kendari, 7 April  2016

           
                                    La Bito
                                    L1 A1 13 096








RINGKASAN


La Bito, L1 A1 13 096, Manajemen  Pemberian  Pakan  Parent Stok  Ayam Broiler  Di PT. Mega Satwa Perkasa Desa Todopulia, Kecamatan Tanralili Kabupaten Maros, Sulawesi Selatan.
PT. Mega Satwa Perkasa didirikan pada bulan 10 tahun 2013. Perkasa Group sebagai salah satu perusahaan integrasi di sektor perunggasan, telah meluncurkan produksi DOC perdananya yang diberi nama PC-701. Melalui anak perusahaannya, PT. Mega Satwa Perkasa melakukan peluncuran produksi DOC (Day Old Chick/anak ayam umur satu hari) pada hari Senin tanggal 30 Maret 2015 yang diadakan di breeding farm Perkasa Group yang berlokasi di Kabupaten Maros, Sulawesi Selatan.
Manajemnen pemberian pakan untuk ayam broiler parent stock fase growing, dan laying dapat diberikan satu kali sehari yaitu pada pagi hari pukul 05.30 WITA. Pemberian pakan yang diberikan selama satu kali sehari dengan tujuan untuk membatasi konsumsi pakan ayam agar bobot badan ayam tetap normal dan tidak gemuk karena ayam yang terlalu gemuk akan mempengaruhi produktivitas ayam dan dapat menurunkan produksi telur. 
Pemberian air minum dilakukan secara ad libitum (tidak terbatas), dan terkontrol. Pengaturan air minum juga sangat penting, karena kekurangan pasokan air minum dapat mengurangi laju pertumbuhan ayam. Tubuh anak ayam terdiri dari 80% air. Air sangat dibutuhkan untuk membantu pencernaan, pertumbuhan dan hidup khususnya pada 8-12 jam pertama. Air minum harus tersedia sepanjang waktu dan dipastikan terbebas dari kontaminasi. Dehidrasi 20% pada tubuh anak ayam dapat berakibat fatal.
Pada saat  ayam umur 1-4 hari tempat air minum yang dipakai adalah bell drinker  . Bell drinker ditempatkan di atas litter kurang lebih setinggi mata ayam, dialasi dengan papan/kayu supaya litter tidak basah kalau air tumpah. Namun setelah ayam berumur 4-5 hari, bell drinker sudah mulai diturunkan. Ketinggian bell drinker adalah 1-5 sentimeter di atas kepala ayam sehingga ayam bisa mengangkat kepalanya sekitar 900. Saat DOC datang, air minum yang digunakan dapat dicampur dengan gula 2% (Dextrose Monohydrate) sebagai sumber energi. Pada 5 hari pertama air minum ditambahkan dengan antibiotika dan multivitamin dalam dosis kecil.

Kata Kunci: Ayam Broiler, Manajemen Pakan, Fase starter, dan finisher



DAFTAR ISI


                                                                                                                       Halaman
HALAMAN JUDUL.................................................................................        ii
LEMBAR PENGESAHAN......................................................................        iii
PERNYATAAN KEASLIAN  MAGANG PROFESI..........................        iv   
RIWAYAT HIDUP...................................................................................       v
KATA PENGANTAR..............................................................................       vi
RINGKASAN............................................................................................       viii
DAFTAR ISI..............................................................................................        ix
DAFTAR TABEL.....................................................................................       xi
DAFTAR GAMBAR.................................................................................       xii
DAFTAR LAMPIRAN.............................................................................       xiii

BAB I  PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang.......................................................................................          1
1.2.Rumusan Masalah..................................................................................          2
1.3.Tujuan Magang Profesi..........................................................................          2
1.4.Kegunaan Magang Profesi.....................................................................          3

BAB II  DESKRIPSI TEORI

2.1. Ayam Broiler.........................................................................................          4
2.2. Pakan Ayam Broiler..............................................................................          4
2.3. Pemberian Pakan Fase Starter Dan Finisher..........................................          5
2.4. Frekuensi Pemberian Pakan...................................................................          6
2.5. Ransum Ayam Broiler Fase Starter Dan Finisher.................................          9
2.6. Konsumsi Pakan....................................................................................       10
2.7. Tempat Pakan Dan Air Minum.............................................................       11
2.8. Konversi Pakan.....................................................................................       12
2.9. Pertambahan Bobot Badan ..................................................................        13
2.10. Mortalitas............................................................................................       14
2.11. Indeks Performa Ayam Broiler...........................................................        15
BAB III  MATERI DAN METODE
3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian................................................................       16
3.2. Materi Praktek Kerja Lapang................................................................       16
3.3. Metode Praktek Kerja Lapang..............................................................       16
       
BAB IV PEMBAHASAN

4.1. Kondisi Umum Perusahaan...................................................................       18
        4.1.1. Letak Perusahaan........................................................................       18
        4.1.2. Sejarah Perusahaan.....................................................................       19
4.2. Kegiatan Magang Profesi......................................................................       20
        4.2.1. Pengenalan Perusahaan...............................................................       20
        4.2.2. Manajemen Pemberian Pakan.....................................................       21
4.3. Tempat Makanan Dan Air Minum Ayam Broiler..................................       25
4.4. Manajemen Pemberian Air Minum........................................................       26
BAB V  PENUTUP
5.1. Kesimpulan............................................................................................       29
5.2. Saran......................................................................................................       29
            
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN



DAFTAR TABEL

Tabel                                                                                          Halaman                                                                                                        


1. Frekuensi Pemberian Pakan Ayam Broiler.................................................. 7
2. Kebutuhan Zat Makanan Ayam Broiler Fase Starter Dan Finisher...........  8
3. Kriteria Indeks Performa Ayam Pedaging ...........................................       15
4. Komposisi Nutrien Pakan PAR L 11 LB Umur 46 Minggu-Afkir.......       21
5. Komposisi Nutrien Pakan PAR JANTAN LB Umur 30 Minggu-Afkir....  22
6. Komposisi Nutrien Pakan PAR G LB Umur 4 -25................................... 22
7. Komposisi Pakan Ayam Broiler................................................................. 24
8. Kebutuhan Air Minum Selama Pemeliharaan............................................ 27

DAFTAR GAMBAR


Gambar                                                                                                     Halaman

1. Peta Lokasi PT.Mega Satwa Perkasa......................................................       18
2. Kandang Ayam Broiler...........................................................................        20
3. Pakan Ayam Broiler................................................................................        23
4. Tempat Pakan Ayam Betina Dan Jantan................................................        25
5. Tempat Air Minum Ayam Broiler...........................................................        27
6. Membersihkan Tempat Air Minum Ayam Broiler..................................        28

DAFTAR LAMPIRAN



Lampiran                                                                                                  Halaman
   
1.    Foto-Foto Kegiatan Harian.....................................................................         32
2.    Dokumentasi...........................................................................................         57
3.    Daftar Hadir............................................................................................         60






BAB I
PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Usaha peternakan ayam broiler merupakan usaha yang potensial untuk dikembangkan sebagai salah satu sumber penghasil daging dalam memenuhi kebutuhan protein hewani bagi masyarakat Indonesia yang setiap tahunnya semakin meningkat. Dalam melakoni usaha peternakan ayam broiler terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi keberhasilan yakni pakan (feed), pembibitan (breeding), dan tatalaksana (manajemen). Peternak yang menginginkan keberhasilan dalam usaha peternakan ayam broiler mau tidak mau harus benar – benar memperhatikan faktor tersebut.
Dari beberapa faktor diatas, pakan   memegang peranan penting dalam keberhasilan usaha peternakan ayam broiler karena hampir 70 % dari total biaya produksi digunakan untuk pakan. Pakan ayam broiler umumnya merupakan campuran dari berbagai macam bahan pakan yang diformulasikan dengan batasan tertentu untuk menghasilkan formula pakan yang mengandung nilai gizi sesuai kebutuhan dari ayam broiler itu sendiri atau biasa disebut ransum.
Pakan (ransum) bagi ayam broiler merupakan  unsur  penting  untuk  menunjang  kesehatan,  pertumbuhan  dan suplai energi sehingga proses metabolisme dapat berjalan dengan baik. Oleh sebab itu untuk untuk meningkatkan produktivitas ayam broiler serta menekan biaya pakan perlu dilakukan efisiensi melalui manajemen pakan yang baik agar keuntungan yang dihasilkan dapat maksimal.
Usaha peternakan ayam broiler merupakan usaha komersial yang terus dikembangkan untuk mencukupi kebutuhan gizi masyarakat di Indonesia. Adapun faktor yang menentukan tingkat keberhasilan di dalam usaha peternakan ayam broiler adalah pemilihan bibit, pemberian ransum, dan manajemen pemeliharaan. Ransum merupakan faktor yang paling dominan, karena biaya yang dikeluarkan untuk ransum bisa mencapai 70% dari total biaya produksi.
Ayam dan jenis unggas lainnya membutuhkan sejumlah nutrisi yang lengkap untuk menunjang hidupnya, untuk pertumbuhan dan untuk berproduksi. Pemberian pakan pada ayam ras broiler dibagi atas 2 fase yaitu fase starter (umur 0-4 minggu) dan fase finisher (umur 4-6 minggu). Hal inilah yang kemudian menarik untuk dikaji mengenai bagaimana kebutuhan nutrisi pada ayam broiler baik pada fase starter maupun finisher, oleh karena itu penulis berusaha untuk memberikan pemahaman tentang  pertanyaan tersebut dalam makalah ini. Semoga makalah ini dapat menjadi jawaban dan memberikan pemahaman terkait pertanyaan yang dikaji.
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan permasalahan yaitu bagaimana manajemen pakan ayam broiler di PT. Mega Satwa Perkasa       Desa Todopulia, Kecamatan Tanralili, Kabupaten Maros.
1.3.  Tujuan Magang Profesi
Tujuan dari magang profesi ini adalah untuk mengetahui manajemen pakan ayam broiler, untuk menambah wawasan, keterampilan dan melatih kerja secara langsung untuk mengetahui proses pemberian pakan ayam broiler yang diterapkan oleh PT. Mega Satwa Perkasa.
1.4.   Kegunaan Magang Profesi
Adapun kegunaan dari Magang Profesi ini adalah :
a.    Dapat menambah wawasan dan pengalaman kerja tentang manajeman pemberian pakan ayam  broiler.
b.    Dapat memberikan informasi bagi para pembaca tentang manajeman pemberian pakan ayam broiler di PT. Mega Satwa Perkasa.
c.    Dapat menerapkan ilmu yang diperoleh dari Magang Profesi  ini pada masa yang akan datang.


BAB II
DESKRIPSI TEORI
2.1. Ayam Broiler
Ayam broiler merupakan hasil genetik yang memiliki karakteristik ekonomis, pertumbuhan yang cepat sebagai penghasil daging, konversi pakan rendah, dipanen cepat karena pertumbuhannya yang cepat dan sebagai penghasil daging dengan serat lunak (Sholikin, 2011).
Ayam pedaging atau yang lebih dikenal dengan ayam potong menempati posisi teratas sebagai ayam yang ketersediaannya cukup banyak, disusul ayam kampung, kemudian petelur afkir. Namun, karena permintaan daging ayam yang cukup tinggi, terutama pada saat tertentu yaitu menjelang puasa, menjelang lebaran, serta tahun baru, menyebabkan pasokan daging dari ketiga jenis ayam penghasil daging tersebut tidak dipenuhi (Nuroso, 2009).
Pertumbuhan yang paling cepat terjadi sejak  menetas  sampai umur 4-6 minggu,  kemudian  mengalami penurunan dan terhenti sampai mencapai dewasa                           (Kartasudjana dan Suprijatna, 2006).
2.2. Pakan Ayam Broiler
Pakan adalah campuran berbagai macam bahan organik dan anorganik yang diberikan kepada ternak untuk  memenuhi  kebutuhan  zat-zat  makanan yang diperlukan bagi pertumbuhan, perkembangan, dan reproduksi              (Suprijatna et al., 2005).


Temperatur lingkungan terutama dimusim kemarau merupakan permasalahan yang menjadi perhatian bagi peternak karena temperatur lingkungan yang tinggi dapat meningkatkan feed convertion rate (FCR) dan kematian. Temperatur dalam kandang terutama sistem “Open House” sangat dipengaruhi oleh lokasi kandang. Lokasi tersebut harus memiliki sumber air yang mudah diperoleh serta perlu juga diperhatikan kecepatan angin dalam kandang     (Ardana, 2009).
Ayam merupakan hewan homeothermis atau berdarah panas dengan temperatur tubuhnya 40,6C - 41,70 C. Temperatur tubuh yang tinggi ini membuat ayam memiliki kemampuan terbatas dalam menyesuaikan diri dengan temperatur lingkungan. Oleh karena itu, ayam akan merasa sangat tertekan jika suhu lingkungan lebih tinggi dari temperatur ideal baginya yaitu 19-270 C. Ayam memiliki kemampuan terbatas dalam mengurangi panas tubuhnya. Pengeluaran panas dilakukan melalui sistem respirasi karena ayam tidak memiliki kelenjar keringat, sehingga kerja jantung dan angka respirasi akan menjadi lebih tinggi (biasa disebut dengan “panting”). Stres panas ini juga bisa mempengaruhi fungsi fisiologis tubuh ayam. Perubahan fungsi fisiologis ini dapat berupa adaptasi ayam terhadap temperatur lingkungan yang ekstrim, contohnya: ayam akan mengurangi konsumsi pakan dan meningkatkan konsumsi air minum (agar produksi panas dalam tubuhnya/ Heat Increment berkurang sehingga dapat membuang panas dengan jalan panting). Sekitar 60% panas tubuh akan dibuang melalui mekanisme panting. Mekanisme panting ini akan dilakukan ayam terutama pada kandang yang kelembabannya rendah. Jika temperatur lingkungan terlalu panas maka ayam akan mengurangi aktivitasnya, sayap menjadi lunglai dan akan terjadi perubahan keseimbangan hormon. Salah satu konsekuensi akibat sress panas maka ayam akan menurunkan konsumsi pakan, sehingga konsumsi nutriennya (asam amino, lemak, mineral, dan vitamin) juga akan turun. Oleh karena itu, perlu menyiasati agar ayam dapat tercukupi kebutuhan nutriennya pada kondisi lingkungan yang panas (Ardana, 2009).
Puasa ayam disiang hari secara fisiologis akan lebih baik dilakukan juga dengan pemberian air minum secara adlibitum. Interval puasa dapat dilakukan 6-8 jam sebelum terjadinya awal sress panas, kemudian terjadi lagi stres panas selama 6 jam sesudahnya, sehingga total interval puasanya menjadi 12 jam (masih dapat ditolelir). Pemberian pakan pada siang hari kurang efisien karena hasil metabolisme zat makanan pada jumlah tertentu harus dibuang. Pemberian vitamin C dan elektrolit (6 jam sebelum awal terjadinya stres panas) juga sangat dianjurkan serta dapat dilakukan juga penyiraman atap kandang dengan air atau dengan menambah kipas (Ardana, 2009).
2.4. Frekuensi Pemberian Pakan
Pemberian pakan pada periode starter pada minggu pertama dilakukan secara adlibitum yaitu   pemberian   pakan   secara   terus - menerus.     Pemberian   pakan   ini dilakukan  sesering  mungkin  dengan  jumlah  sedikit  demi  sedikit.  Anak  ayam  pada periode  ini  masih  dalam  tahap  belajar  dan  adaptasi  dengan  lingkungan  sehingga pemberian pakan dalam jumlah sedikit demi sedikit dimaksudkan agar tidak banyak terbuang dan tidak tercampur dengan kotoran ayam (Fadilah et al., 2007).
Frekuensi  atau  waktu  pemberian  pakan  pada  anak  ayam  biasanya  lebih  sering sampai   5   kali   sehari.   Semakin   tua   ayam, frekuensi   pemberian   pakan   semakin berkurang  sampai  dua  atau  tiga  kali  sehari    (Suci et  al., 2005). 
 Hal  yang  perlu mendapat perhatian dari segi waktu pemberian pakan adalah ketepatan waktu setiap harinya.  Ketepatan  waktu  pemberian  pakan  perlu  dipertahankan,  karena  pemberian pakan  pada  waktu  yang  tidak  tepat  setiap  hari  dapat  menurunkan  produksi.  Pakan juga  dapat  diberikan  dengan  cara  terbatas  pada  waktu  tertentu  dan  disesuaikan dengan  kebutuhan  ayam,  misalnya  pagi  dan  sore. Waktu  pemberian  pakan dipilih pada saat yang tepat dan nyaman sehingga ayam dapat makan dengan baik dan tidak banyak pakan yang terbuang (Sudaro dan Siriwa, 2007).
Pola pemberian pakan yang baik akan membantu meningkatkan konsumsi pakan minggu pertama. Pemberian pakan sedikit demi sedikit, tetapi sesering mungkin sangat dianjurkan.
Tabel 1. Frekuensi Pemberian Pakan Ayam Broiler
Umur
Frekuensi Pemberian Pakan
Minggu I (1 - 7 hari)
9 kali tiap 2 jam (mulai 06.00 - 23.00)
Minggu II (8 - 14 hari)
5 kali tiap 3 jam (mulai 07.00 - 19.00)
Minggu III (15 - 21 hari)
4 kali tiap 4 jam (mulai 07.00 - 19.00)
Minggu IV (22 - 28 hari)
3 kali tiap 4 jam (mulai 07.30 - 15.00)
Minggu V (29 - 35 hari)
2 kali tiap 6 jam (mulai 07.30 - 15.00)
Minggu VI (36 - 42 hari)
2 kali tiap 6 jam (mulai 07.30 - 15.00)
Minggu VII (> 43 hari)
2 kali tiap 6 jam (mulai 07.30 - 15.00)
Sumber: (Ardana, 2009)
Kualitas dan kuantitas pakan broiler yang diberikan dibedakan berdasarkan fase pertumbuhan broiler yaitu fase starter (umur 0 - 4 minggu) dan fase finisher (4 - 6 minggu) (Ardana, 2009).
2.4.1.      Kualitas dan Kuantitas Pakan Fase Starter
Pada fase starter, kualitas atau kandungan zat gizi pakan terdiri dari protein 22-24%, lemak 2,5%, serat kasar 4%, kalsium (Ca) 1%, phospor (P) 0,7-0,9%, ME: 2800-3500 kkal/kg makanan. Sedangkan kuantitas pakan terbagi/digolongkan menjadi empat golongan, yaitu:
1.      Minggu ke - 1 (1 - 7 hari) 17 gram/ekor/hari
2.      Minggu ke - 2 (8 - 14 hari) 43 gram/ekor/hari
3.      Minggu ke - 3 (15 - 21 hari) 66 gram/ekor/hari
4.      Minggu ke - 4 (22 - 28 hari) 91 gram/ekor/hari
Keseluruhan jumlah pakan yang dibutuhkan tiap ekor sampai pada umur 4 minggu sebesar 1.520 gram (Ardana, 2009).
2.4.2.      Kualitas dan Kuantitas Pakan Fase Finisher
Pada fase finisher kualitas atau kandungan zat gizi pakan terdiri dari protein 18,1-21,2%; lemak 2,5%, serat kasar 4,5%, kalsium (Ca) 1%, phospor (P) 0,7-0,9%, dan energi (ME): 2900-3400 kkal/kg. Sedangkan kuantitas pakan terbagi/digolongkan dalam empat golongan umur, yaitu:
1.      Minggu ke - 5 (29 - 35 hari) 111 gram/ekor/hari
2.      Minggu ke - 6 (36 - 42 hari) 129 gram/ekor/hari
3.      Minggu ke - 7 (43 - 49 hari) 146 gram/ekor/hari
4.      Minggu ke-8 (50-56 hari) 161 gram/ekor/hari
Keseluruhan jumlah pakan per ekor pada umur 29-56 hari adalah 3.829 gram pakan (Ardana, 2009).
2.5. Ransum Ayam Broiler Fase Starter dan Finisher
Fadilah (2004) menyatakan bahwa pemberian ransum dilakukan secara adlibitum dengan pemberian ransum berbentuk: tepung pada periode starter, butiran pecah pada periode finisher dan terkadang diberikan ransum yang berbentuk pellet. Pemberian ransum bertujuan menjamin pertambahan bobot badan dan produksi daging. Jenis bahan ransum dan kandungan gizinya harus diketahui untuk mendapatkan formula ransum yang tepat (Sudaro dan Siriwa, 2007).
Alamsyah (2005) menyatakan bahwa pemberian ransum pada ternak disesuaikan dengan umur, kesukaan terhadap ransum, dan jenis ransum. Ransum untuk ayam yang belum berumur atau DOC diberikan dalam bentuk all mash. Hal ini bertujuan untuk mempermudah pencernaan ransum di dalam saluran pencernaan DOC.
Pemberian air minum dilakukan secara terus-menerus atau adlibitum dengan tujuan agar ayam tidak mengalami dehidrasi sehingga produksi daging dapat optimal. Konsumsi air pada ayam biasanya dua kali lebih banyak dibanding dengan konsumsi makanannya. Ayam akan mampu hidup lebih lama tanpa makanan dibanding tanpa air (Rizal, 2006).
Tabel 2. Kebutuhan zat makanan broiler fase starer dan fase finisher
Zat Nutrisi
Starter
Finisher
Protein Kasar (%)
23
20
Lemak Kasar (%)
4-5
3-4
Serat Kasar (%)
3-5
3-5
Kalsium (%)
1
0,9
Pospor (%)
0,45
0,4
EM (Kkal/kg)
3200
3200
Lisin (%)
1.2
1.0
Metionin (%)
0.50
0.38
Sumber : NRC (1984)
Protein merupakan salah satu unsur yang penting bagi pertumbuhan anak broiler. Kebutuhan protein masa awal untuk anak ayam broiler di daerah tropis sebesar 23%, sedangkan untuk masa akhir sebesar 20-21% (Rasyaf, 2000).
Sintesis protein jaringan tubuh dan telur memerlukan asam amino esensial. Defisiensi asam amino esensial di dalam pakan menyebabkan pembentukan protein jaringan dan tubuh terhambat atau tidak terbentuk. Asam amino esensial yang sulit terpenuhi kandungannya di dalam pakan seperti Sistin, Lisin dan Triptofan disebut sebagai asam amino kritis (Suprijatna et al., 2005).  
2.6. Konsumsi Pakan                
Suprijatna et  al., (2005)  menyatakan  bahwa  pakan starter diberikan  pada ayam  berumur  0-3  minggu,  sedangkan  ransum finisher diberikan pada  waktu  ayam berumur empat  minggu sampai panen. Konsumsi pakan  merupakan  jumlah pakan yang dimakan dalam jangka waktu tertentu. Pakan yang   dikonsumsi ternak digunakan untuk memenuhi kebutuhan energi dan zat nutrisi  lain. Konsumsi pakan tiap ekor ternak berbeda-beda.
Zat makanan yang dikandungnya   akan digunakan untuk mencukupi  kebutuhan  hidup  pokok  dan  untuk  produksi  hewan.  Wahju  (2004) menyatakan  bahwa  besar  dan  bangsa  ayam,  temperatur  lingkungan,  tahap  produksi dan energi dalam pakan dapat mempengaruhi konsumsi. National Research Council (1994) menyatakan  bahwa bobot badan   ayam,  jenis  kelamin,  aktivitas,  suhu lingkungan dan kualitas pakan dapat mempengaruhi konsumsi.
Saat cuaca panas, ayam berusaha mendinginkan tubuhnya dengan cara bernafas secara cepat (panting). Tingkah laku dapat peredaran darah banyak menuju ke organ pernafasan, sedangkan peredaran darah pada organ pencernaan   mengalami penurunan sehingga bisa mengganggu pencernaan dan metabolisme. Pakan yang dikonsumsi tidak bisa dicerna dengan baik dan nutrien dalam pakan  banyak yang dibuang dalam bentuk feses (Bell dan Weaver, 2002).
Penelitian Santoso (2002) menunjukan bahwa ayam broiler pada kandang litter yang  diberikan pakan komersial menghabiskan pakan mulai minggu ke-tiga sampai  minggu  ke-lima sebesar 2525 g/ekor, sedangkan pada kandang cage menghabiskan pakan mulai minggu ke-tiga sampai minggu ke-lima sebesar 2459 g/ekor.
Penelitian Kusnadi (2006) menunjukkan bahwa konsumsi pakan ayam broiler berumur 5 minggu pada suhu 240 C sebesar 1918 g/ekor, sementara pada suhu 320 C konsumsi  pakan sebesar  1667  g/ekor.  Konsumsi  pakan  ayam  broiler  strain  CP  707 yang dipelihara pada suhu nyaman pada umur lima minggu adalah 2967 g/ekor.
2.7. Tempat Pakan dan Air Minum
Jumlah tempat pakan dan tempat air minum yang terlalu sedikit akan membuat ayam tidak mendapat makan dan minum secara merata. Ketidak merataan ini dapat menyebabkan ketidakseragaman berat pasar. Hal ini tentu saja dapat menurunkan produksi ayam per kandangnya yang berakibat langsung menurunkan keuntungan yang diperoleh peternak (Ardana, 2009).
Biasanya peternak memberi tempat pakan sebanyak 20 buah untuk 1000 ekor. Hal ini tentunya untuk 1 tempat pakan berat 7 kg diperuntukkan bagi 50 ekor ayam dewasa. Padahal kapasitas satu tempat pakan tersebut hanya berkisar antara 12-17 ekor. Oleh karena itu, tidak mengherankan jika terjadi variasi berat badan yang sangat lebar, yang artinya rendahnya keseragaman. Demikian pula kebutuhan tempat air minum dapat menyebabkan ayam tidak minum secara serempak. Oleh karena itu, untuk 1000 ekor ayam dewasa membutuhkan 60 buah tempat minum dan tempat makan yang cukup (Ardana, 2009).
2.8. Konversi Pakan
Nilai  konversi  pakan  dipengaruhi  oleh  beberapa  faktor  antara  lain  genetik, tipe pakan  yang digunakan, feed additive yang digunakan dalam pakan,  manajemen pemeliharaan,  dan  suhu  lingkungan  (James,  2004). 
Jumlah  pakan  yang  digunakan mempengaruhi  perhitungan  konversi  ransum  atau Feed  Converstion  Ratio (FCR). FCR  merupakan  perbandingan  antara  jumlah  ransum  yang  dikonsumsi  dengan pertumbuhan berat badan. Angka konversi ransum yang kecil berarti  jumlah ransum yang   digunakan  untuk  menghasilkan  satu  kilogram  daging  semakin  sedikit                                 (Edjeng dan Kartasudjana, 2006).
Semakin  tinggi  konversi  ransum  berarti  semakin  boros ransum yang digunakan (Fadilah et al., 2007). Lacy  dan  Vest  (2000)  menyatakan  bahwa  faktor  utama  yang  mempengaruhi konversi   pakan   adalah   genetik,   ventilasi,   sanitasi,   kulitas   pakan,   jenis   pakan, penggunaan  zat  aditif,  kualitas  air,  penyakit  dan  pengobatan  serta  manajemen pemeliharaan,  selain  itu  meliputi  faktor  penerangan,  pemberian  pakan,  dan  faktor sosial.
Konversi  pakan  ayam  broiler  strain  CP  707  yang  dipelihara  pada  suhu nyaman pada umur lima minggu adalah 1,62. Penelitian Santoso (2002) menunjukan bahwa  konversi  pakan  pada  ayam  broiler  selama  lima  minggu  pada  kandang litter sebesar  1,6.  Menurut Lesson  (2000), semakin  dewasa  ayam  maka  nilai  konversi pakan akan semakin besar.
Ayam  yang  semakin  besar  akan  makan  lebih  banyak  untuk  menjaga  ukuran berat  badan.  Sebesar  80%  protein  digunakan  untuk  menjaga  berat  badan  dan  20% untuk pertumbuhan sehingga efisiensi pakan menjadi berkurang. Bila nilai konversi pakan sudah jauh di atas angka dua, maka pemeliharaannya   sudah  kurang menguntungkan  lagi. Oleh  karena  itu,  ayam  broiler biasanya  dipasarkan  maksimal pada umur enam minggu.
Faktor yang mempengaruhi pertumbuhan  adalah  galur  ayam,  jenis  kelamin,  dan  faktor  lingkungan  (Bell dan Weaver, 2002). Salah  satu  kriteria  untuk  mengukur  pertumbuhan  adalah  dengan mengukur pertambahan  bobt badan. Pertambahan bobot badan merupakan kenaikan bobot badan yang dicapai oleh seekor ternak selama periode tertentu.
Penelitian Santoso (2002) menyatakan  bahwa  pertambahan  bobot  badan  ayam  broiler  umur enam  minggu  yang  dipelihara  pada  kandang litter sebesar  1935  g/ekor  sedangkan pada  kandang cage 1791  g/ekor. Secara  garis  besar,  terdapat  dua faktor  yang mempengaruhi  kecepatan  pertumbuhan,  yaitu  interaksi  antara  faktor  genetik  dan faktor   lingkungan.
Mortalitas atau kematian  adalah salah satu  faktor  yang  dapat  mempengaruhi keberhasilan  usaha  pengembangan  peternakan  ayam.  Tingkat  kematian yang  tinggi pada ayam broiler sering terjadi pada periode awal atau starter dan semakin rendah pada  periode  akhir  atau finisher. Angka  mortalitas  diperoleh  dari  perbandingan jumlah ayam yang mati dengan jumlah ayam yang dipelihara (Lacy dan Vest, 2000). Tingkat mortalitas dipengaruhi   oleh   beberapa   fakor, diantaranya bobot   badan, bangsa,  tipe  ayam,  iklim,  kebersihan  lingkungan,  sanitasi  peralatan  dan  kandang serta  penyakit (North  dan  Bell,  1990). Kematian  pada  suhu  yang  tinggi  dapat mencapai 30% dari total populasi (Tarmudji, 2004).
Fairchild  dan  Lacy  (2006)  menyatakan  fungsi  dari  sistem  ventilasi  pada pemeliharaan  ayam  broiler  adalah  untuk  mengurangi  jumlah  amonia  yang  dapat mengganggu  produksi.  Faktor  penyakit  sangat  dominan  sebagai  penyebab  kematian utama  ayam  broiler.  Retno  (1998)  melaporkan  bahwa  penyakit  CRD  ini  dapat meningkatkan kepekaan terhadap infeksi Escheria coli, Infectius Bronchitis (IB), dan Newcastle Desease (ND). Menurut Lacy dan Vest (2000), mortalitas ayam pedaging adalah sekitar 4%. Pemberian  vaksin  dan  obat-obatan serta sanitasi  sekitar kandang perlu dilakukan untuk menekan  tingkat  kematian. Hal  ini  sesuai  dengan  pernyataan North  dan  Bell  (1990)  bahwa  tingkat  mortalitas dipengaruhi  oleh  beberapa  fakor, diantaranya bobot  badan,  bangsa,  tipe  ayam,  iklim,  kebersihan  lingkungan,  sanitasi peralatan dan kandang serta penyakit.
Salah    satu    kriteria    yang    digunakan    untuk    mengetahui    keberhasilan pemeliharaan  adalah  dengan  menghitung  indeks  performa.  Indeks  Performa  (IP) adalah  suatu  formula  yang  umum  digunakan  untuk  mengetahui  performa  ayam broiler. Semakin  besar  nilai  IP  yang  diperoleh,  semakin  baik  prestasi  ayam  dan semakin  efisien  penggunaan  pakan     (Fadilah et  al.,  2007). Nilai  indeks  performa dihitung  berdasarkan  bobot  badan  siap  potong,  konversi  pakan,  umur  panen, dan jumlah  persentase  ayam  yang  hidup  selama  pemeliharaan (Kamara, 2009). Nilai yang diperoleh dibandingkan terhadap standar. Nilai indeks performa dapat diperoleh dengan cara sebagai berikut.

Kriteria nilai indeks performa ayam broiler disajikan pada Tabel 3
Tabel 3. Kriteria Indeks Performa Ayam Pedaging.
Indeks Performa (IP)
Nilai
<300
Kurang
301-325
Cukup
326-350
Baik
351-400
Sangat Baik
>400
Istimewa
Sumber: Santoso dan Sudaryani (2009)


BAB III
MATERI DAN METODE
3.1. Waktu dan Lokasi Pelaksanaan Magang Profesi
Kegiatan magang profesi ini dilaksanakan selama 1 bulan mulai tanggal 22 Januari 2016 sampai dengan 23 Februari 2016 bertempat di PT. Mega Satwa Perkasa, Dusun Kassi-Kassi, Desa Toddoppulia, Kecamatan Tanralili, Kabupaten Maros. Sulawesi Selatan.
3.2. Materi Magang Profesi
Materi Magang Profesi di PT. Mega Satwa Perkasa adalah :
a.       Melakukan pengamatan secara umum  terhadap perusahaan  diantarannya yaitu kondisi perusahaan, kegiatan yang dilakukan perusahaan dan sejarah perusahaan.
b.      Melakukan pengamatan secara khusus mengenai manajemen pemeliharaan parent stock brooiler di persuhaan diantaranya yaitu perkandangan, pemberian pakan dan air minum, biosecurity, dan penanganan telur serta penetasan telur.
3.3. Prosedur Magang Profesi
Prosedur Praktek Kerja Lapang di PT. Mega Satwa Perkasa yaitu:
a.      Basic Training
            Basic Training terhadap mahasiswa Magang Profesi dilakukan oleh Supervisor farm dengan memberikan arahan dan kegiatan yang akan dilakukan nantinya sekaligus memperlihatkan fasilitas dan perlengkapan yang ada di perusahaan.
b.      Observasi
Observasi dilakukan secara langsung oleh mahasiswa Magang Profesi untuk memperoleh data dan informasi mengenai lokasi, situasi dan kondisi lapangan yang ada di perushaan.
c.       Adaptasi
Adaptasi dilakukan oleh mahasiswa Magang Profesi dimana dengan adanya adaptasi diharapkan mahasiswa dapat menyesuaikan diri di lingkungan perusahaan. Adapun adaptasi yang dilakukan dengan berbaur bersama karyawan perusahaan sehingga kerja sama dapat tercipta antara mahasiswa magang profesi dengan para karyawan perusahaan serta mematuhi peraturan yang ada di perusahaan.
d.   Bekerja Langsung Di Lapangan
Bekerja langsung di lapangan dilakukan dengan rutinitas harian seperti pemberian pakan ayam, pembersihan dan pembalikan litter kandang, pencucian bell drinker atau tempat minum ayam, membersihkan areal kandang serta kontrol ayam sakit dan mati. Selain itu, terdapat pula rutinitas mingguan dan bulanan seperti vaksinasi, penimbangan bobot badan ayam, bedah ayam, serta pengambilan sampel darah ayam.




BAB IV
 PEMBAHASAN
4.1. Kondisi Umum Perusahaan
4.1.1. Letak Geografis
PT. Mega Satwa Perkasa terletak di dusun Kassi-Kassi, Desa Toddoppulia, Kecamatan Tanralili, Kabupaten Maros. Batas wilayah PT. Mega Satwa Perkasa yaitu sebelah utara berbatasan dengan Kecamatan Simbang, sebelah selatan berbatasan dengan Kecamatan Tompobulu, sebelah barat berbatasan dengan Desa Kurusumange, Desa Damai dan Kelurahan Borong, sedangkan sebelah timur berbatasan dengan Kecamatan Tompobulu.
 







Gambar 1. Peta Lokasi PT. Mega Satwa Perkasa



4.1.2. Sejarah Perusahaan
PT. Mega Satwa Perkasa didirikan pada bulan 10 tahun 2013. Perkasa Group sebagai salah satu perusahaan integrasi di sektor perunggasan, telah meluncurkan produksi DOC perdananya yang diberi nama PC-701. Melalui anak perusahaannya, PT. Mega Satwa Perkasa melakukan peluncuran produksi DOC (Day Old Chick/anak ayam umur satu hari) pada hari Senin tanggal 30 Maret 2015 yang diadakan di breeding farm Perkasa Group yang berlokasi di Kabupaten Maros, Sulawesi Selatan.
Peluncuran DOC perdana tersebut semakin mengukuhkan Perkasa Group sebagai grup perusahaan lokal yang berlokasi di Sulawesi Selatan dengan kinerja prima dan penghasil produk berkualitas yang mandiri dan konsisten. Anak ayam umur sehari atau DOC yang diproduksi dengan nama Perkasa Chick dengan kode PC-701 tersebut merupakan DOC berkualitas yang dihasilkan dari breeding farm dan hatchery terpadu dengan kinerja superior.
PT. Mega Satwa Perkasa merupakan suatu perusahaan yang bergerak di bidang breeding khususnya breeding ayam broiler dengan strain PC 701 yang terletak di Kabupaten Maros, Kecamatan Tanralili, Desa Toddoppulia, Dusun Kassi-Kassi. Luas area perusahaan ini secara keseluruhan adalah 3 hektar. Perusahaan ini terdiri dari breeding farm dan hatchery. Untuk breeding farm, saat ini sudah terdapat 4 buah kandang di mana dua di antaranya masih dalam tahap renovasi. Terdapat 2 buah kandang yang sedang beroperasi yaitu kandang 2 yang difungsikan sebagai kandang ayam fase growing dan kandang 4 sebagai kandang fase laying.
3
2
1
Gambar 2. (1) Kandang dalam Tahap Renovasi, (2) Kandang Fase Growing dan   (3) Kandang Fase Laying.

4.2. Kegiatan Magang Profesi Di Lapangan
4.2.1. Pengenalan Perusahaan
Pengenalan awal terhadap perusahaan dilakukan sehari sebelum memulai kegiatan magang di lapangan. Pengenalan ini dilakukan melalui basic training dengan tujuan untuk memperkenalkan sekaligus memberi pengetahuan dasar mengenai kegiatan yang berlangsung dalam breeding di PT. Mega Satwa Perkasa. Beberapa hal yang dibahas dalam basic training antara lain:
1. Pengenalan alat-alat kandang beserta fungsinya masing-masing
2. Persiapan kandang
3. Penerimaan DOC
4. DOC in
5. Layout brooder
6. Manajemen masa growing
7. Manaemen nest
8. Manajemen litter laying
9. Manajemen pengambilan telur
10. Manajemen fumigasi
11. Manajemen periode laying
12. Program feed dan feeding
13. Manajemen kesehatan ayam
14. Manajemen biosecurity
15. Recording/pencatatan

4.2.2. Manajemen Pemberian Pakan
Pemberian pakan untuk parent stock broiler fase growing, dan laying diberikan satu kali sehari yaitu pada pagi hari pukul 05.30 WITA. Pemberian pakan diberikan satu kali sehari dengan tujuan untuk membatasi konsumsi pakan ayam agar bobot badan ayam tetap normal dan tidak gemuk karena ayam yang terlalu gemuk akan mempengaruhi produktivitas ayam dan dapat menurunkan produksi telur.
Jumlah pakan yang diberikan setiap harinya tergantung kebutuhan dan jumlah populasi ternak ayam yang dipelihara. Pakan yang digunakan berbentuk crumble dengan kode PAR L II LB untuk ayam betina dan PAR JANTAN LB produksi PT. Japfa Comfeed Indonesia, Tbk. Adapun komposisi nutrien dalam bahan pakan PAR L II LB, PAR JANTAN LB dan PAR G LB dapat dilihat pada Tabel 4, 5 dan Tabel 6.
Tabel 4. Komposisi Nutrien Pakan PAR L II LB umur 46 Minggu - Afkir
No.
Nutrient
Kandungan
1
Air
12 %
2
Protein Kasar
14%
3
Lemak Kasar
3-7 %
4
Serat Kasar
6 %
5
Abu
14 %
6
Kalsium
3,3-3,8 %
7
Fosfor
0,6-0,9%
8
Cocchidiostat
-
9
Antibiotika
-

Tabel 5. Komposisi Nutrien Pakan PAR JANTAN LB Umur 30 Minggu - Afkir
No.
Nutrient
Kandungan
1
Air
12 %
2
Protein Kasar
12%
3
Lemak Kasar
3-7 %
4
Serat Kasar
6 %
5
Abu
8 %
6
Kalsium
0,9-1,1 %
7
Fosfor
0,6-0,8%
8
Cocchidiostat
-
9
Antibiotika
-

Tabel 6. Komposisi Nutrien Pakan PAR G  LB Umur 4 - 25 Minggu
No
Nutrient
Kandungan
1
Air
12 %
2
Protein Kasar
15%
3
Lemak Kasar
- 6%
4
Serat Kasar
6 %
5
Abu
8 %
6
Kalsium
-1,1 %
7
Fosfor
0,8 %
8
Cocchidiostat
-
9
Antibiotika
-

Tabel di atas menunjukan bahwa komposisi nutrien antara pakan PAR L II LB dan PAR JANTAN LB tidak jauh berbeda, yang membedakan hanya kandungan protein kasar, kadar abu, kalsium dan fosfor. Pakan PAR II LB memiliki kandungan protein kasar 14%, kadar abu 14%, kalsium 3,3-3,8% dan fosfor 0,6-0,9%. Sedangkan untuk pakan PAR JANTAN LB memiliki kandungan protein kasar 12%, kadar abu 8%, kalsium 0,9-1,1% dan fosfor 0,6-0,8%.
Pemberian pakan saat produksi dilakukan pada jam 05.30 pagi, dengan cara pemberian adalah ayam betina terlebih dahulu kemudian setelah selang waktu beberapa menit baru ayam jantan diberi pakan, setelah pakan terdistribusi dengan rata kemudian lampu dinyalakan.
Pemberian pakan harus ditimbang sesuai kebutuhan, timbangan yang dipergunakan harus akurat, tidak layak bila menentukan jumlah pakan berdasarkan takaran. Menjaga agar pakan tidak tumpah saat pemberian pakan dan hindarkan pakan dari kontaminasi kotoran dan tikus saat penyimpanan.
3
2
1
Gambar  3 . (1) Pakan PAR L II LB, (2) Pakan G LB (3) Pakan PAR JANTAN                           LB
Pemberian pakan dilakukan secara ad libitum (tidak terbatas), dan terkontrol. Jenis pakan yang diberikan pada ayam umur 1-4 hari adalah fine crumble, selanjutnya pada umur 5-21 hari jenis pakan yang diberikan adalah crumble, dan umur lebih dari 21 hari digunakan jenis pakan  semi pellet.
Sementara jenis pakan yang pellet murni biasanya sudah jarang digunakan, bahkan di beberapa farm sudah tidak digunakan karena secara empirik dinilai tidak efisien. Tempat pakan juga harus tersedia dalam jumlah yang mencukupi sehingga ayam dapat leluasa makan tanpa berebut dan berdesakan. Komposisi dari jenis-jenis pakan tersebut tidak terlalu berbeda, hanya tekstur dan ukurannya yang berbeda terutama karena menyesuaikan perkembangan paruh ayam. Contoh komposisi pakan seperti pada tabel.7
  Tabel. 7.  Komposisi Pakan Ayam
Air
Maks
12 %
Protein Kasar
Min
22,5 %
Lemak
3 %
7 %
Serat kasar
Maks
5 %
Abu
Maks
7 %
Kalsium
0,9 %
1,1%
Phosphor
0,6 %
0,9%
Coccidiostat
Min
-
Antibiotika
Min
-

Pemberian pakan selama dua minggu pertama sebanyak 4 kali sehari yaitu pagi, siang, dan malam sebanyak 2 kali. Selanjutnya umur > 14 hari pemberian pakan dilakukan 3 kali sehari yaitu pagi, siang, dan malam. Awalnya pakan diberikan dengan menggunakan feeder tray, kemudian umur 7 hari tempat pakan gantung (hanging feeder) mulai dikenalkan tanpa pemasangan corongan pakan. Jumlah  feeder tray dikurangi secara bertahap dan pada umur 15 hari telah memakai hanging feeder semua yang telah dipasang corongan (feeder tray bercorong). Selanjutnya ketinggian hanging feeder memakai patokan setinggi dada atau sekitar tembolok ayam. Perbandingan tempat pakan berkisar ±  30 ekor/feeder.
4.3. Tempat Makanan dan Air minum
Tempat makanan ayam broiler pada fese growing dan laying di PT.Mega Satwa Perkasa dapat dibedakan menjadi dua yaitu:

1.    Tempat Pakan Ayam Betina
            Tempat pakan atau makanan yang terdapat pada ayam betina atau yang di sering di sebut dengan Hooper (tempat pakan ayam), dimana hoper ini setiap kandang memiliki dua hooper yaitu hooper utama dan hooper tambahan. Adapun pemberian pakan pada ayam betina diberikan secara otamatis berbeda dengan pada ayam jantan, pemberian makanan pada ayam secara otomatis atau yang dikontrol dengan panel untuk menyalurkan makanan pada ayam yaitu dengan menggunak chan (rantai) sebagai menyalurkan pakan/makanan agar ayam mendapatkan makanan secara merata,
2
1
( Gambar 4.  (Hooper Utama) dan Gambar 2 (Hooper Tambahan)
2.    Tempat Pakan Ayam Jantan
Tempat Pakan pada ayam jantan  sangat berbeda dengan ayam betina, kalau pada ayam jantan tempat pakannya sering di sebut dengan Trough, dimana pemberian pakan ayam jantan ini diberiakan secara manual.
1
 
Gambar  5. (Trough( Tempat pakan Jantan).

4.3. Manajemen Pemberian Air Minum
Pemberian air minum dilakukan secara ad libitum (tidak terbatas), dan terkontrol. Pengaturan air minum juga sangat penting, karena kekurangan pasokan air minum dapat mengurangi laju pertumbuhan ayam. Tubuh anak ayam terdiri dari 80% air. Air sangat dibutuhkan untuk membantu pencernaan, pertumbuhan dan hidup khususnya pada 8-12 jam pertama. Air minum harus tersedia sepanjang waktu dan dipastikan terbebas dari kontaminasi. Dehidrasi 20% pada tubuh anak ayam dapat berakibat fatal.
Pada saat  ayam umur 1-4 hari tempat air minum yang dipakai adalah bell drinker  . Bell drinker ditempatkan di atas litter kurang lebih setinggi mata ayam, dialasi dengan papan/kayu supaya litter tidak basah kalau air tumpah. Namun setelah ayam berumur 4-5 hari, bell drinker sudah mulai diturunkan. Ketinggian bell drinker adalah 1-5 sentimeter di atas kepala ayam sehingga ayam bisa mengangkat kepalanya sekitar 900. Saat DOC datang, air minum yang digunakan dapat dicampur dengan gula 2% (Dextrose Monohydrate) sebagai sumber energi. Pada 5 hari pertama air minum ditambahkan dengan antibiotika dan multivitamin dalam dosis kecil.
Pemberian obat maupun vitamin dilakukan dengan cara mencampur obat dan vitamin tersebut ke dalam tandon air dengan memperhatikan kebutuhan air minum ayam dan suhu pada saat itu. Kebutuhan air minum / harinya seperti terlihat pada tabel.1.


Tabel.8.  Kebutuhan Air Minum Selama Pemeliharaan
Umur (Hari)
Kebutuhan Air Minum/Hari
0-7
50 liter/100 ekor
8-14
100 liter/ 1000 ekor
15-21
150 liter/1000 ekor
22-28
200 liter/1000 ekor

Jumlah bell drinker dalam satu kandang harus memenuhi kebutuhan tiap ekor ayam. Beberapa hal lainnya yang perlu diperhatikan antara lain:Ketinggian dan kualitas air minum. Tempat air minum selalu rutin dicek ketinggiannya dan disesuaikan agar bell dringker harus sejajar dengan paruh ayam dan disesuaikan dengan  pertumbuhan tinggi ayam sehingga dalam waktu kurang lebih satu minggu sekali ketinggian bell drinker ditambah. Namun lebih tepatnya penambahan tinggi tempat ini mengikuti pertumbuhan ayam, yaitu tinggi mulut/tepi tempat minum diatur sejajar dengan punggung ayam.
2
1
 
Gambar 6. 1 .(Chick feeder ( tempat air minum DOC), 2. (Bell Drinker                     ayam  fase growing dan Laying).
Kualitas air sangat penting karena kebutuhan minum ayam adalah 1.6–2 kali lipat dari jumlah pakan yang dikonsumsinya. Perlu dilakukan juga penambahan kaporit/chlorine pada air minum. Tujuan dari klorinasi (pemberian kaporit/ klorin) adalah sebagai upaya sanitasi air minum yang dapat membunuh bakteri dan mikroorganisme lain yang mencemari air. Klorinasi dilakukan dengan cara memasukkan klorin sebanyak 3-5 ppm ke dalam air minum. Umumnya klorin dijual di pasaran dalam bentuk kaporit atau calcium hypochlorite (CaOCl2). Jika kaporitnya murni, untuk memperoleh kadar yang tepat dalam air minum dibutuhkan 6-10 gram kaporit tiap 1.000 liter air. Namun jika kaporit yang dimiliki hanya berkonsentrasi 50%, dosis kaporit yang digunakan menjadi dua kali lipat, yaitu 12-20 gram tiap 1.000 liter air.
Tempat air minum dibersihkan dua kali sehari yaitu pada pagi dan sore hari. Jika memungkinkan, setidaknya setiap 2 kali dalam setahun dilakukan pengujian terhadap air minum atau uji sanitasi air minum yang digunakan untuk memastikan bahwa air minum tersebut mengandung mineral atau bahan organik dalam jumlah yang dapat diterima serta mengetahui ada atau tidaknya kontaminasi mikroba serta cemaran logam berat pada air minum. Tempat air minum sangat penting setiap hari harus dibersihkan dari sisa pakan maupun debu yang menempel di bagian tempat air minum tersebut dapat dilihat pada gambar di bawah ini.
Gambar 7. (Membersihkan Bell Drinker).


BAB  V
PENUTUP

5.1. Kesimpulan
            Berdasarkan hasil dari pembahasan dapat di simpulkan bahwa dalam hal manajemen pakan pada ayam broiler yang harus perlu diperhatikan, antara lain: sistem pemberian pakan, pemberian pakan lebih awal, pemberian pakan fase starter dan finisherfrekuensi pemberian pakan, konsumsi pakan, manajemen tempat pakan, manajemen tempat minum dan air minum, pertambahan bobot badan broiler, konversi pakan, angka mortalitas, dan menghitung indeks performa ayam broiler. Dengan mengetahui hal-hal yang sudah tersebut diatas maka peternak bisa menghasilkan broiler yang sehat, berkualitas, dan memiliki nilai harga yang tinggi.

5.2. Saran
Sebaiknya pada manajemen pemberian pakan di PT. Mega Satwa Perkasa agar lebih  ditingkatkan lagi khususnya pada pemberian pakan pada ayam betina agar menghasilkan bobot badan yang seragam, sehingga dapat menghasilkan daging yang berkualitas dan menghasilkan produksi yang diharapkan oleh perusahaan tersebut.

DAFTAR PUSTAKA

Alamsyah, R. 2005.  Pengolahan Pakan Ayam dan Ikan Secara Modern. Penebar   Swadaya. Jakarta.

Ardana, Ida Bagus Komang. 2009. Ternak  Broiler. Edisi I., Cetakan I. Swasta      Nulus, Denpasar.

Bell, D. D &W.D. Weaver, Jr. 2002. Comercial Chicken Meat and Egg       Production. 5th Edition. Springer Science and Business Medial Inc, New           York.

Edjeng, S dan Kartasudjana, R. 2006. Manajemen Ternak Unggas. Penebar            Swadaya. Jakarta.

Fadilah, R. 2004. Ayam Broiler Komersial. Agromedia Pustaka. Jakarta.
Fairchild, B. & M. Lacy. 2006. How to control growth to improve economis           result.http://www.cobb-vantress.com/. Diakses pada tanggal 17 Maret           2016.

Fadillah,  R.,  A.  Polana.,  S.  Alam.,  &  E.  Parwanto.  2007.  Sukses  Beternak  Ayam Broiler. Agromedia Pustaka, Jakarta.

James, R. G. 2004.  Modern livestock and Poultry  Production. 7th Edition.             Thomson Delmar Learning Inc., FFA Activities, London.

Kusnadi, E. 2006. Suplementasi vitamin C sebagai penangkal cekaman panas        pada ayam broiler. JITV 11 (4): 249-253.

Kartasujana, R. dan E. Suprijatna. 2006. Manajemen Ternak Unggas.          Penebar Swadaya, Jakarta.

            Kamara, T. 2009. Menghitung  indeks   performa  ayam         broiler.             http://tonikomara.blogspot/2009/10/menghitung-indeks-        peperformance-ip-ayam.html.  Diakses pada tanggal 17 Maret 2016.
           
Lacy,  M.  &  L.  R.  Vest.  2000.  Improving  Feed  Convertion  in  Broiler:  A       Guide  for Growers. Springer  Science and Business Media Inc, New  York.

Lesson,  S.  2000. Feed  efficiency  still  a  usefull  measure  of  broilers       performance. Department Animal and Poultry Science. University of            Guelph, Ontario.

Nuroso, 2009. Panen Ayam Pedaging dengan Produksi 2x Lipat. Penebar Swadaya, Jakarta.

Rasyaf, M. 2000. Beternak Ayam Pedaging. Penebar Swadaya, Jakarta.
Rizal, Y. 2006. Ilmu Nutrisi Unggas. Andalas University Press. Padang.
Santoso,   U.   2002.   Pengaruh   tipe   kandang   dan   pembatasan   pakan   di     awal pertumbuhan   terhadap   performans   dan   penimbunan   lemak   pada   ayam pedanging unsexed. JITV 7(2): 84-89.

Suci,  D.  M.,  E.  Mursyida,  T.  Setianah,  &  R.  Mutia. 2005.  Program    pemberian makanan  berdasarkan  kebutuhan  protein  dan  energy  pada          setiap  fase pertumbuhan ayam Poncin. Med. Pet. 28: 70-76.

Suprijatna, E., U. Atmomarsono., dan R, Kartasudjana. 2005. Ilmu Dasar Ternak Unggas. Penebar Swadaya. Jakarta.

Sudaro,  Y.  &  A.  Siriwa.  2007.  Ransum  Ayam  dan  Itik.  Cetakan  IX.            Penebar Swadaya, Jakarta.

Sholikin, H. 2011. Manajemen Pemeliharaan Ayam Broiler di Peternakan   UDHadi PS Kecamatan Nguter Kabupaten Sukoharjo. Fakultas          Pertanian Universitas Sebelas Maret, Surakarta

Tarmudji, 2004. Bila Busung Perut menyerang Ayam. Balitvet, Bogor.
Wahju,  J.  2004.  Ilmu  Nutrisi  Unggas.  Edisi  Ke-4.  Universitas  Gadjah  Mada             Press, Yogyakarta.





1 komentar:

  1. http://www.agensabungayam.com/jadwal-daftar-sabung-ayam-sv388-21-juni-2019/
    jadwal sabung ayam sv388 terbaik!
    Langsung Saja Kunjungi Kami www.bolavita88.com
    Untuk Info, Bisa Hubungi :
    WA: +628122222995

    BalasHapus